Pengelolaan
Kesehatan Tanaman Teh terhadap Serangan Hama Ulat Jengkal (Hyposidra Talaca)
Kingdom : Plantae
Divisi
:
Spermatophyta
Sub
divisi :
Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo :
Parietales
Family : Theaceae
Genus :
Camellia
Nama
Latin atau Spesies : Camellia sinensis
Tanaman teh (Camelia
sinensis (L) O. Kuntze) memiliki peranan penting dalam kehidupan dan
penghidupan masyarakat secara makro. Disamping itu tanaman teh juga memiliki
peranan yang penting sebagai penyumbang devisa negara, sebagai sumber lapangan
kerja, sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menjaga kelestarian lingkungan.
Mengingat pentingnya peran tanaman teh dalam aspek sosial dan aspek ekonomi
Indonesia, maka perkebunan teh perlu dijaga agar tetap berkelanjutan (sustainable),
salah satunya dengan menjaga dari kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga
(Diratpahgar 2008).
Teknik budidaya serta proses pengolahan yang tepat
merupakan salah satu syarat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditas
teh. Pemupukan secara teratur, pemangkasan yang baik, peremajaan
tanaman-tanaman teh yang telah berumur lebih dari 40 tahun, serta pengendalian
hama dan penyakit dapat mendorong produktivitas teh yang tinggi (Adisewojo
1982).
Usaha peningkatan teknik
budidaya, selalu terkait dengan sistem pengendalian atau pengelolaan hama dan
penyakit. Proses pengelolaan hama dan penyakit ini berpengaruh penting dalam penentuan
mutu dari produksi tanaman teh. Budidaya tanaman teh tidak lepas dari permasalahan
hama dan penyakit. Beberapa hama dan penyakit penting yang biasa menyerang
tanaman teh dan kerap menimbulkan kerugian yang cukup besar antara lain
Empoasca sp. (Hemiptera: Jassidae), Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae), dan
Hyposidra talaca (Lepidoptera: Geometridae) (Samiyanto 1999). Sedangkan
penyakit yang biasa ditemukan dilapangan antara lain cacar daun teh (blister
blight) yang disebabkan patogen Exobasidium vexans, serta beberapa penyakit
pada akar seperti akar merah Ganoderma philippii dan akar putih Rigidophorus
lignosus.
Pengendalian
Hama di Perkebunan
Hama-hama penting yang sering
menjadi masalah di perkebunan Gunung Mas ini antara lain: Helopeltis spp.,
Empoasca sp., dan Hyposidra talaca. Selain hama ada pula penyakit yang umum
menyerang tanaman teh yaitu cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan
oleh patogen Exobasidium vexans.
Ulat jengkal menjadi hama yang
sangat penting di perkebunan Gunung Mas, serangan berat dari hama ini dapat
menurunkan hasil produksi hingga 40%. Hama ini menyerang daun, pupus daun, dan
tunas daun teh. Serangan berat dapat menyebabkan daun menjadi berlubang dan pucuk
tanaman menjadi gundul, sehingga hanya meninggalkan tulang daun saja. Hyposidra
talaca juga bersifat polifag pada beberapa jenis tanaman. Hama ulat jengkal Hyposidra
talaca biasa ditemukan di dataran tinggi (Simanjuntak 2002). Menurut
Hidayat (2001) Larva yang baru menetas dari telur akan memencar dari pohon
pelindung menuju perdu teh dengan bantuan angin atau merayap. Larva yang baru
keluar dari telur berukuran antara 1.5 – 2 mm, sedangkan larva instar akhir
dapat mencapai panjang 70 – 80 mm. Larva Hyposidra talaca berwarna
coklat kehitaman dengan titik-titik putih pada bagian dorsal. Pada stadium
larva hama ini dapat menyerang dan mengakibatkan kerusakan pada pucuk teh
(Kartasapoetra 1993).
Serangan tertinggi hama ulat
jengkal di perkebunan teh Gunung Mas biasa terjadi pada musim kemarau atau pada
musim peralihan antara musim hujan ke musim kemarau, atau berkisar antara bulan
Juni hingga November. Pada saat musim penghujan serangan hama ulat jengkal menurun
hingga musim peralihan selanjutnya. Parangin-angin (1992) menjelaskan bahwa
perkembangan hama ini akan terhambat pada habitat dengan curah hujan tinggi,
karena larva akan jatuh dan terbawa air hujan. Perkebunan Gunung Mas
menggunakan berbagai macam cara pengendalian untuk mengatasi hama ini, antara
lain: dengan cara fisik mekanik yaitu dengan mengumpulkan secara manual
pupa-pupa dari hama ini dari dalam tanah, menangkap imago dari Hyposidra
talaca dengan jaring dan perangkap lampu pada malam hari, membungkus
pohon-pohon pelindung dengan plastik berperekat untuk memerangkap imago dan memasang
perangkap berperekat di setiap blok kebun.
Perkebunan Gunung Mas menggunakan
berbagai macam cara pengendalian untuk mengatasi hama ini, antara lain: dengan
cara fisik mekanik yaitu dengan mengumpulkan secara manual pupa-pupa dari hama ini
dari dalam tanah, menangkap imago dari Hyposidra talaca dengan jaring
dan perangkap lampu pada malam hari, membungkus pohon-pohon pelindung dengan
plastik berperekat untuk memerangkap imago dan memasang perangkap berperekat di
setiap blok kebun. Selain dengan cara fisik mekanik, pengendalian secara
kimiawi juga dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif metomil dengan
dosis 0.5 – 1 lt/ha, bahan aktif sipermetrin dengan dosis 0.5 – 1 lt/ha, serta
menggunakan insektisida nabati umbi gadung dan EM4 yang dicampur dengan
insektisida sintetik dengan dosis rendah.
DAFTAR
PUSTAKA
Pradana, Rizki. 2013. Pengelolaan Kebun dan Upaya
Pengendalian Hama Ulat Jengkal (Hyposidra
talaca) dengan Aplikasi Hyposidra
talaca Nucleopolihedrovirus pada Tanaman Teh di PT Perkebunan Nusantara
VIII Gunung Mas Bogor Jawa Barat. Departemen Proteksi Tanaman IPB. Bandung.