Rabu, 19 Februari 2020

Fika, Rahma, Aprillia, Dayinta

Hari ini setahun yang lalu satu langkah untuk meraih gelar sarjana terlewati. "Haa yakin kamu cuma mau nyari gelar ? ".Tapi aku cuma menjalani takdir dan dapet lebih dari itu.

"Lah gimana ?" Ya ga gimana-gimana. Kan emang begitu adanya, dari dulu bahkan dulu banget ga pernah ada angan buat kuliah disana. Tapi sudah Allah takdirkan ya mau gimana lagi. "Trus kamu dapet apa ?" Dapet banyak bwanget, mereka salah satunya. Allah memang Maha Baik yaa. Ga minta pun pasti dikasih.

Mereka salah satu bentuk kasih sayangNya. Mereka kadang seperti ibu peri kadang seperti zombie (eeh). Ngaterin ke dokter, masakin sayur tanpa micin pas lagi saket, nyamperin pas motor mogok ditengah jalan (pas uda dibawa ke bengkel eh ternyata cuma kehabisan bensin), menyelamatkan kegabutan pas weekend, gibah di mekdi ga peduli cuma beli es krim sebiji, bungkusin geprek Buk Coy trus dicantolin di pintu kamar, ngeramein tempat makan gara-gara kalah uno dan ga pernah lupa ngasih challenge gila bagi siapa yang kalah.

Mereka yang ngajarin kalau wanita itu harus mandiri dan kuat. Ga peduli seberapa keras dunia ini. Apa-apa harus bisa sendiri. Naik sepeda jogja kota-gunung kidul, madiun kota-tawangmangu dijabanin dah. Meskipun aku kadang masih jadi tim penakut :(

Mungkin pertemanan kita jauh dari kata baik tapi bersyukur banget pernah berada ditengah-tengah kalian. Dimanapun kalian sehat-sehat yaa. Semoga langkah kalian selalu dimudahkan dan selalu didekatkan dengan kebaikan. So grateful to be surrounded by kindest people ❤

@30haribercerita
#30haribercerita
#30HBC2006

Bianglala

Iseng-iseng liat di KBBI ternyata bianglala artinya pelangi. "oh pantesan warna bianglala warna-warni"

Hidup kadang seperti bianglala bukan ? Banyak sekali warna-warna yang menghiasi. Tidak hanya itu,  bianglala selalu berputar. Tidak selamanya warna merah yang diatas kadang disamping kadang juga dibawah. "Eh tapi pernah juga bianglala ga berputar" itu mungkin lagi masa perbaikan, kalau ga gitu mungkin yang jaga loket ga dateng.

Eh apasi :(

@30haribercerita
#30haribercerita
#30HBC2005

Bisa Karena Terbiasa

"Dek Pin, pernah ke sini ? (nyebutin nama tempat)".
"Belum mbak, mbak pengen kesana ?"
"Senin ada urusan dek, sekarang mau survei dulu, jauh ga dek pin?"
"Ayok tak temenin mbak, ga begitu jauh, aku berani kalau cuma kesana"

Cuma dek ? Tapi cukup membuat encok untuk penganut rebahan sepertiku. Pagi-pagi berangkat kesana. Menyusuri jalan yang masih sangat asing. Melewati keramaian lalu semakin jauh semakin sepi. Jalan agak naik-turun, berkelok, kanan kiri seperti hutan. Bukan seperti mungkin memang hutan.

Dalam hati bergumam "loh aku bisa sampe sini, bonceng orang lagi" aku emang terlalu lemah dalam urusan membonceng orang, takut orang yang tak bonceng kenapa-kenapa.

Ternyata memang harus dipaksa, biar terbiasa. Dipaksa kuat biar benar-benar kuat. Dipaksa sabar biar benar-benar sabar. Dipaksa menerima semua kenyataan yang sering kali tidak sejalan dengan angan.

Terimakasih Dek Pin, terimakasih hari ini, banyak sekali pelajaran yang amat berarti.

@30haribercerita
#30haribercerita
#30hbc2004

Minggu, 16 Februari 2020

Rehat

Tenangkan hati
Semua ini bukan salahmu
Jangan berhenti
Yang kau takutkan takkan terjadi
Yang dicari, hilang
Yang dikejar, lari
Yang ditunggu
Yang diharap
Biarkanlah semesta bekerja
Untukmu

Begitu kira- kira lirik lagu yang baru saja masuk ditelingaku. Langsung segala ambisi, harapan yang sengaja dititipkan ke raga lain menepi sendiri. Salah siapa berharap pada manusia ? dah istirahat. Katanya Mzkun “Biarkanlah semesta bekerja untukmu”
Teruntuk yang suka memilih diam karena sering tidak didengar, teruntuk yang lelah dengan semua ambisi, teruntuk yang lebih memilih memendam sendiri daripada dibagi yuk rehat sebentar.  Besok coba lagi


@30haribercerita
#30haribercerita
#30HBC2003

Bunga Mekar Tidak Selalu Bersama

Katanya semua sudah ada masanya sendiri - sendiri. Tapi kenapa sering sekali terbesit rasa khawatir apalagi manusia yang menuliskan ini. Sering banget protes, sering banget mengeluh, sering banget mangaduh, apalagi ketrigger omongan orang sehari hari “Mbak konco e saman wes lulus loo, saman kapan ?”  “ Mbak arek sing omahe pojok iko wes kerja bahkan penghasilane uda 2 digit, saman kapan?” “Mbak adek kelas saman bulan mene nikah, saman kapan?”

Padahal setiap orang punya tujuan masing-masing. Setiap manusia mengalami proses yang berbeda. Bukankah menanam sawi dengan menanam mangga jelas berbeda prosesnya ? beda caranya, beda waktunya, beda masa berbunganya, tentu hasil yang diusahakan nantinya juga bebeda.

Sebenarnya kalau paham apa tujuan kita hidup gabakal tuh goyah cuma gara gara triggeran manusia. Terlalu memikirkan omongan manusia sampe lupa menikmati setiap prosesnya. Semoga tetap fokus apa yang menjadi tujuan. Gapapa menunggu sedikit lama untuk pengabulan sebuah doa, semoga semua berakhir bahagia.


@30haribercerita
#30haribercerita
#30HBC2002

Selasa, 11 Februari 2020

New Life Begin

Ibarat benih, kita seperti benih yang baru saja disemai. Berharap kita tumbuh menjadi benih yang sehat, tahan penyakit, tahan iklim dan mampu menghasilkan produksi yang optimal. 

Selama masa tumbuh dan berkembang tidak akan selalu baik-baik saja. Nanti ditengah proses tumbuh ada penyakit, hama, gulma dan lain sebagainya. Tapi Pemilik Semesta sudah menyiapkan obatnya.

Sama halnya kita, kita berharap akan tumbuh jadi pribadi baru yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Tapi kita belum tau apa yang kita hadapi satu tahun kedepan (ya kali kita bukan cenayang 😂) tapi kita bisa menyiapkan diri, apapun yang akan terjadi nantinya toh Allah selalu memberi yang terbaik untuk kita. Jika nanti ditengah perjalanan menemukan hambatan, yakin Allah sudah hadirkan masalah lengkap dengan solusinya tinggal bagaimana kita mengusahakan. Gapapa kita menyemai banyak sekali harapan, tapi tidak semua harapan - harapan itu kita dapatkan, hanya yang terbaik yang kita dapatkan. Terbaik menurut siapa ? Tentu yang terbaik menurutNya

@30haribercerita
#30haribercerita
#30HBC2001

Minggu, 22 Oktober 2017

Pengelolaan Kesehatan Tanaman Teh terhadap Serangan Hama Ulat Jengkal (Hyposidra Talaca)

Kingdom                                 : Plantae
Divisi                                       : Spermatophyta
Sub divisi                                : Angiospermae
Kelas                                      : Dicotiledonae
Ordo                                        : Parietales
Family                                    : Theaceae
Genus                                      : Camellia
Nama Latin atau Spesies         : Camellia sinensis
Tanaman teh (Camelia sinensis (L) O. Kuntze) memiliki peranan penting dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara makro. Disamping itu tanaman teh juga memiliki peranan yang penting sebagai penyumbang devisa negara, sebagai sumber lapangan kerja, sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menjaga kelestarian lingkungan. Mengingat pentingnya peran tanaman teh dalam aspek sosial dan aspek ekonomi Indonesia, maka perkebunan teh perlu dijaga agar tetap berkelanjutan (sustainable), salah satunya dengan menjaga dari kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga (Diratpahgar 2008).
Teknik budidaya serta proses pengolahan yang tepat merupakan salah satu syarat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditas teh. Pemupukan secara teratur, pemangkasan yang baik, peremajaan tanaman-tanaman teh yang telah berumur lebih dari 40 tahun, serta pengendalian hama dan penyakit dapat mendorong produktivitas teh yang tinggi (Adisewojo 1982).
Usaha peningkatan teknik budidaya, selalu terkait dengan sistem pengendalian atau pengelolaan hama dan penyakit. Proses pengelolaan hama dan penyakit ini berpengaruh penting dalam penentuan mutu dari produksi tanaman teh. Budidaya tanaman teh tidak lepas dari permasalahan hama dan penyakit. Beberapa hama dan penyakit penting yang biasa menyerang tanaman teh dan kerap menimbulkan kerugian yang cukup besar antara lain Empoasca sp. (Hemiptera: Jassidae), Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae), dan Hyposidra talaca (Lepidoptera: Geometridae) (Samiyanto 1999). Sedangkan penyakit yang biasa ditemukan dilapangan antara lain cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan patogen Exobasidium vexans, serta beberapa penyakit pada akar seperti akar merah Ganoderma philippii dan akar putih Rigidophorus lignosus.
Pengendalian Hama di Perkebunan
Hama-hama penting yang sering menjadi masalah di perkebunan Gunung Mas ini antara lain: Helopeltis spp., Empoasca sp., dan Hyposidra talaca. Selain hama ada pula penyakit yang umum menyerang tanaman teh yaitu cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan oleh patogen Exobasidium vexans.
Ulat jengkal menjadi hama yang sangat penting di perkebunan Gunung Mas, serangan berat dari hama ini dapat menurunkan hasil produksi hingga 40%. Hama ini menyerang daun, pupus daun, dan tunas daun teh. Serangan berat dapat menyebabkan daun menjadi berlubang dan pucuk tanaman menjadi gundul, sehingga hanya meninggalkan tulang daun saja. Hyposidra talaca juga bersifat polifag pada beberapa jenis tanaman. Hama ulat jengkal Hyposidra talaca biasa ditemukan di dataran tinggi (Simanjuntak 2002). Menurut Hidayat (2001) Larva yang baru menetas dari telur akan memencar dari pohon pelindung menuju perdu teh dengan bantuan angin atau merayap. Larva yang baru keluar dari telur berukuran antara 1.5 – 2 mm, sedangkan larva instar akhir dapat mencapai panjang 70 – 80 mm. Larva Hyposidra talaca berwarna coklat kehitaman dengan titik-titik putih pada bagian dorsal. Pada stadium larva hama ini dapat menyerang dan mengakibatkan kerusakan pada pucuk teh (Kartasapoetra 1993).
Serangan tertinggi hama ulat jengkal di perkebunan teh Gunung Mas biasa terjadi pada musim kemarau atau pada musim peralihan antara musim hujan ke musim kemarau, atau berkisar antara bulan Juni hingga November. Pada saat musim penghujan serangan hama ulat jengkal menurun hingga musim peralihan selanjutnya. Parangin-angin (1992) menjelaskan bahwa perkembangan hama ini akan terhambat pada habitat dengan curah hujan tinggi, karena larva akan jatuh dan terbawa air hujan. Perkebunan Gunung Mas menggunakan berbagai macam cara pengendalian untuk mengatasi hama ini, antara lain: dengan cara fisik mekanik yaitu dengan mengumpulkan secara manual pupa-pupa dari hama ini dari dalam tanah, menangkap imago dari Hyposidra talaca dengan jaring dan perangkap lampu pada malam hari, membungkus pohon-pohon pelindung dengan plastik berperekat untuk memerangkap imago dan memasang perangkap berperekat di setiap blok kebun.
Perkebunan Gunung Mas menggunakan berbagai macam cara pengendalian untuk mengatasi hama ini, antara lain: dengan cara fisik mekanik yaitu dengan mengumpulkan secara manual pupa-pupa dari hama ini dari dalam tanah, menangkap imago dari Hyposidra talaca dengan jaring dan perangkap lampu pada malam hari, membungkus pohon-pohon pelindung dengan plastik berperekat untuk memerangkap imago dan memasang perangkap berperekat di setiap blok kebun. Selain dengan cara fisik mekanik, pengendalian secara kimiawi juga dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif metomil dengan dosis 0.5 – 1 lt/ha, bahan aktif sipermetrin dengan dosis 0.5 – 1 lt/ha, serta menggunakan insektisida nabati umbi gadung dan EM4 yang dicampur dengan insektisida sintetik dengan dosis rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Pradana, Rizki. 2013. Pengelolaan Kebun dan Upaya Pengendalian Hama Ulat Jengkal (Hyposidra talaca) dengan Aplikasi Hyposidra talaca Nucleopolihedrovirus pada Tanaman Teh di PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor Jawa Barat. Departemen Proteksi Tanaman IPB. Bandung.