Minggu, 22 Oktober 2017

Pengelolaan Kesehatan Tanaman Teh terhadap Serangan Hama Ulat Jengkal (Hyposidra Talaca)

Kingdom                                 : Plantae
Divisi                                       : Spermatophyta
Sub divisi                                : Angiospermae
Kelas                                      : Dicotiledonae
Ordo                                        : Parietales
Family                                    : Theaceae
Genus                                      : Camellia
Nama Latin atau Spesies         : Camellia sinensis
Tanaman teh (Camelia sinensis (L) O. Kuntze) memiliki peranan penting dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara makro. Disamping itu tanaman teh juga memiliki peranan yang penting sebagai penyumbang devisa negara, sebagai sumber lapangan kerja, sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menjaga kelestarian lingkungan. Mengingat pentingnya peran tanaman teh dalam aspek sosial dan aspek ekonomi Indonesia, maka perkebunan teh perlu dijaga agar tetap berkelanjutan (sustainable), salah satunya dengan menjaga dari kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga (Diratpahgar 2008).
Teknik budidaya serta proses pengolahan yang tepat merupakan salah satu syarat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditas teh. Pemupukan secara teratur, pemangkasan yang baik, peremajaan tanaman-tanaman teh yang telah berumur lebih dari 40 tahun, serta pengendalian hama dan penyakit dapat mendorong produktivitas teh yang tinggi (Adisewojo 1982).
Usaha peningkatan teknik budidaya, selalu terkait dengan sistem pengendalian atau pengelolaan hama dan penyakit. Proses pengelolaan hama dan penyakit ini berpengaruh penting dalam penentuan mutu dari produksi tanaman teh. Budidaya tanaman teh tidak lepas dari permasalahan hama dan penyakit. Beberapa hama dan penyakit penting yang biasa menyerang tanaman teh dan kerap menimbulkan kerugian yang cukup besar antara lain Empoasca sp. (Hemiptera: Jassidae), Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae), dan Hyposidra talaca (Lepidoptera: Geometridae) (Samiyanto 1999). Sedangkan penyakit yang biasa ditemukan dilapangan antara lain cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan patogen Exobasidium vexans, serta beberapa penyakit pada akar seperti akar merah Ganoderma philippii dan akar putih Rigidophorus lignosus.
Pengendalian Hama di Perkebunan
Hama-hama penting yang sering menjadi masalah di perkebunan Gunung Mas ini antara lain: Helopeltis spp., Empoasca sp., dan Hyposidra talaca. Selain hama ada pula penyakit yang umum menyerang tanaman teh yaitu cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan oleh patogen Exobasidium vexans.
Ulat jengkal menjadi hama yang sangat penting di perkebunan Gunung Mas, serangan berat dari hama ini dapat menurunkan hasil produksi hingga 40%. Hama ini menyerang daun, pupus daun, dan tunas daun teh. Serangan berat dapat menyebabkan daun menjadi berlubang dan pucuk tanaman menjadi gundul, sehingga hanya meninggalkan tulang daun saja. Hyposidra talaca juga bersifat polifag pada beberapa jenis tanaman. Hama ulat jengkal Hyposidra talaca biasa ditemukan di dataran tinggi (Simanjuntak 2002). Menurut Hidayat (2001) Larva yang baru menetas dari telur akan memencar dari pohon pelindung menuju perdu teh dengan bantuan angin atau merayap. Larva yang baru keluar dari telur berukuran antara 1.5 – 2 mm, sedangkan larva instar akhir dapat mencapai panjang 70 – 80 mm. Larva Hyposidra talaca berwarna coklat kehitaman dengan titik-titik putih pada bagian dorsal. Pada stadium larva hama ini dapat menyerang dan mengakibatkan kerusakan pada pucuk teh (Kartasapoetra 1993).
Serangan tertinggi hama ulat jengkal di perkebunan teh Gunung Mas biasa terjadi pada musim kemarau atau pada musim peralihan antara musim hujan ke musim kemarau, atau berkisar antara bulan Juni hingga November. Pada saat musim penghujan serangan hama ulat jengkal menurun hingga musim peralihan selanjutnya. Parangin-angin (1992) menjelaskan bahwa perkembangan hama ini akan terhambat pada habitat dengan curah hujan tinggi, karena larva akan jatuh dan terbawa air hujan. Perkebunan Gunung Mas menggunakan berbagai macam cara pengendalian untuk mengatasi hama ini, antara lain: dengan cara fisik mekanik yaitu dengan mengumpulkan secara manual pupa-pupa dari hama ini dari dalam tanah, menangkap imago dari Hyposidra talaca dengan jaring dan perangkap lampu pada malam hari, membungkus pohon-pohon pelindung dengan plastik berperekat untuk memerangkap imago dan memasang perangkap berperekat di setiap blok kebun.
Perkebunan Gunung Mas menggunakan berbagai macam cara pengendalian untuk mengatasi hama ini, antara lain: dengan cara fisik mekanik yaitu dengan mengumpulkan secara manual pupa-pupa dari hama ini dari dalam tanah, menangkap imago dari Hyposidra talaca dengan jaring dan perangkap lampu pada malam hari, membungkus pohon-pohon pelindung dengan plastik berperekat untuk memerangkap imago dan memasang perangkap berperekat di setiap blok kebun. Selain dengan cara fisik mekanik, pengendalian secara kimiawi juga dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif metomil dengan dosis 0.5 – 1 lt/ha, bahan aktif sipermetrin dengan dosis 0.5 – 1 lt/ha, serta menggunakan insektisida nabati umbi gadung dan EM4 yang dicampur dengan insektisida sintetik dengan dosis rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Pradana, Rizki. 2013. Pengelolaan Kebun dan Upaya Pengendalian Hama Ulat Jengkal (Hyposidra talaca) dengan Aplikasi Hyposidra talaca Nucleopolihedrovirus pada Tanaman Teh di PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor Jawa Barat. Departemen Proteksi Tanaman IPB. Bandung.

Rabu, 04 Oktober 2017

Penerapan Inovasi Teknologi Feromon Seks untuk Pengendalian Hama Spodoptera  exigua  pada Bawang Merah
Ulat  bawang Spodoptera  exigua  adalah  hama  utama  yang  menyerang  tanaman bawang  merah  di  Indonesia.  Salah  satu  cara pengendalian yang umum dilakukan oleh petani untuk mengatasi serangan hama tersebut adalah dengan  insektisida.  Menurut  Koster  (1990), berbagai jenis insektisida digunakan oleh petani untuk mengendalikan hama bawang merah, baik secara tunggal maupun campuran, serta dengan dosis yang tinggi maupun  interval penyemprotan yang  singkat  (2-3  kali  per  minggu).  Menurut Dover  dan  Croft  (1984 dalam Setyobudi et al. 1995)  dan  Brown  (1958)  penggunaan insektisida yang tidak rasional, seperti frekuensi penyemprotan  yang  sering,  pemakaian  dosis semakin  tinggi,  dan  pencampuran  lebih  dari  2 jenis  insektisida  dengan  tidak  memperhatikan kompatibilitasnya, akan mempercepat terjadinya resistensi hama terhadap insektisida. Di  Indonesia  kasus  resistensi  ulat  bawang terhadap  insektisida  pada  dosis  rekomendasi belum  banyak  dilaporkan,  namun  diduga  hal tersebut telah terjadi.
Masalah utama dalam budi daya bawang merah adalah hama ulat bawang (Spodoptera exigua). Hama ini merupakan hama utama di sentra produksi bawang merah. Hasil pengkajian Thamrin et al. (2003) di Sulawesi Selatan menunjukkan, S. exigua merupakan hama dominan pada pertanaman bawang merah. Selanjutnya, Moekasan et al. (2005) melaporkan, kehilangan hasil panen akibat serangan ulat bawang dapat mencapai 100% jika tidak dilakukan upaya pengendalian karena hama ini bersifat polifag. Ngengat betina meletakkan telur secara berkelompok pada daun bawang atau gulma yang tumbuh di sekitarnya. Dalam waktu 2−3 hari, telur akan menetas dan ulat masuk ke dalam daun bawang untuk hidup dan berkembang (Samudra 2006). Perkembangan dan proses reproduksi S. exigua dipengaruhi oleh juvenile hormon (JH), terutama dalam proses fisiologi (Kim et al. 2008). Petani biasanya mengendalikan S. exigua dengan menyemprotkan insektisida kimiawi dosis tinggi. Penyemprotan dilakukan dua hari sekali agar tanaman aman dari serangan ulat bawang. Penggunaan insektisida yang intensif dapat menyebabkan hama menjadi resisten terhadap insektisida yang digunakan (Meidiawarman 1992; Negara 2003). Moekasan dan Basuki (2007) melaporkan, ulat bawang asal Kecamatan Gebang dan Losari Kabupaten Cirebon terindikasi resisten terhadap insektisida spinosad, klorpirifos, triazofos, betasiflutrin, siromazin, karbosulfan, tiodikab, dan abamektin. Sementara itu, Morin (1999) menyatakan, penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama dapat mengurangi keragaman sehingga menyebabkan peledakan hama. Selain meningkatkan biaya pengendalian, penggunaan pestisida secara berlebihan berdampak kurang baik terhadap lingkungan, serta menimbulkan residu yang berlebih pada produk sehingga mengganggu kesehatan. Oleh karena itu, perlu ada terobosan teknologi dalam pengendalian hama ulat bawang. Makalah ini mengulas prospek pengendalian ulat bawang dengan menggunakan feromon seks.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) telah mengembangkan inovasi teknologi feromon seks untuk mengendalikan hama ulat bawang. Penelitian feromon seks dilakukan secara bertahap mulai dari skala laboratorium sampai skala lapang dan uji coba di beberapa lokasi. Pengkajian pemanfaatan feromon seks untuk mengendalikan ulat bawang merah dilakukan di lima lokasi, yaitu Cirebon, Brebes, Nganjuk, Bali, dan Samosir. Secara rinci, teknologi yang diterapkan dalam pengkajian Feromon sebagai penarik serangga jantan dewasa dipasang pada alat perangkap berupa stoples plastik yang dirancang khusus . Cara pengendalian ini lebih efektif, efisien, murah, dan ramah lingkungan dibandingkan dengan pengendalian menggunakan insektisida. Feromon seks mulai diaplikasikan saat tanaman berumur 3 hari setelah tanam. Feromon diletakkan pada perangkap dengan digantungkan di dalam stoples yang bagian bawahnya diisi air sabun. Perangkap berferomon ditempatkan pada pinggiran pertanaman bawang pada ketinggian 30 cm di atas permukaan tanah dengan jarak masing-masing perangkap 15 m. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa hasil bawang merah dengan menggunakan feromon seks lebih tinggi dibandingkan dengan cara petani. Hasil bawang merah di lima lokasi bervariasi, bergantung pada lokasi dan teknik budi daya yang diterapkan. Hasil tertinggi diperoleh di Brebes (18−19 t/ha) dan Cirebon (19 t/ha). Hal ini karena kedua kabupaten tersebut merupakan sentra bawang merah sehingga teknik budi daya yang diterapkan tergolong intensif dengan pengaturan pola tanam yang sesuai. Varietas bawang merah yang ditanam di tiap lokasi berbeda sesuai dengan kondisi wilayah setempat (spesifik lokasi).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Penerapan inovasi teknologi feromon seks pada pertanaman bawang merah dapat mengurangi penggunaan insektisida. Pengendalian ulat bawang menggunakan feromon seks lebih efisien, murah, dan ramah lingkungan serta meningkatkan pendapatan petani Feromon seks mempunyai peluang untuk dikembangkan di sentra produksi bawang merah, terutama di wilayah endemis serangan hama ulat bawang.

PUSTAKA :

Jurnal Litbang Pertanian Vol. 23 No.3 Tahun 2009http://agrotek.upnjatim.ac.id/

Rabu, 17 Mei 2017

Irrigation Management for Agriculture (IMAapps)
            Sektor pertanian merupakan salah satu sektor tebesar di indonesia. Namun, sampai saat ini sektor pertanian masih dalam tahap perkembangan dan belum memiliki kemajuan yang pesat. Untuk mendukung kemajuan sektor petanian perlu suatu penerapan aplikasi teknologi dalam sektor petanian itu sendiri. Salah satu aplikasi tersebut dapat dikembangkan dari disiplin ilmu Sistem Informasi Geografis (SIG).
            Sistem Informasi Geografis merupakan sistem informasi yang berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff,1989).
            Sistem Infomasi Geografis mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhinya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti : lokasi , kondisi , trend, pola, dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem infomasi lainnya (Anonymous, 2007).
            Manfaat Sistem Informasi Geografis sangat banyak dan dapat diterapkan pada berbagai bidang. Disini saya akan membahas manfaat Sistem Informasi Geografis dibidang Pertanian. Manfaat Sistem Informasi Geografis didalam bidang petanian diantaranya adalah manajemen lahan, kesesuaian lahan untuk bidang pertanian, perencanaan tata guna lahan, pemilihan tanaman yang sesuai pada lahan tetentu dan pengelolaan sistem irigasi. Dan dalam pembahasan kali ini saya memfokuskan pada pengelolaan sistem irigasi untuk pertanian.
            Dalam pengelolaan sistem irigasi untuk pertanian kita dapat memanfaatkan Sistem Informasi Geografis untuk membantu memantau dan mengendalikan irigasi dari lahan – lahan pertanian. Sistem Informasi Geografis dapat membantu memantau kapasitas sistem serta distribusi air secara menyeluruh.
            Selama ini distribusi air dari sungai - sungai ke lahan pertanian banyak ditemui kendala. Seperti yang sering tejadi di daerah asal saya di Desa Kendalrejo Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk distribusi air dari sungai ke lahan (sawah) sangat sulit apalagi ketika masuk musim kemarau. Para petani biasanya menerapkan sistem giliran. Namun tidak kalah sering beberapa petani mengeluhkan distibusi airnya tidak merata karena ada oknum petani yang nakal yang memiliki sawah didekat sungai yang mengalirkan air ke sawahnya meskipun tidak sedang mendapatkan giliran. Hal tersebut mengakibatkan petani yang seharusnya mendapat giliran distribusi air hanya mendapatkan sedikit air untuk kebutuhan tanaman yang ada di lahannya.
            Dari kasus tesebut saya tertarik untuk merancang sebuah aplikasi yang bernama Irrigation Management for Agriculture Applications (IMAapps). Aplikasi tersebut didukung oleh software ArcGIS.ArcGIS merupakan produk software SIG yang dikembangkan oleh ESRI ( Environment Science & Research Institute ) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai macam software SIG yang berbeda sepeti SIG dekstop,server dan SIG berbasis web. AcGIS yang banyak saya gunakan dalam aplikasi saya adalah ArcGIS dekstop yang memiliki lima lisensi yaitu : ArcView, ArcMap, ArcEditor, ArcInfo dan ArcCatalog. ArcView, yang memungkinkan pengguna menampilkan data spasial, membuat peta berlapis,serta melakukan analisis spasial dasar. ArcMap adalah aplikasi utama untuk kebanyakan proses SIG dan pemetaan komputer. ArcMap memiliki kemampuan utama untuk visualisasi, editing,meciptakan desain  desain peta, analisis dan pembuatan tampilan akhir dalam laporan kegiatan. ArcEditor, memiliki kemampuan sebagai ArcView dengan tambahan peralatan untuk memanipulasi berkas shapefile dan geodatabase. ArcInfo, memiliki kemampuan sebagai ArcEditor dengan tamabahan fungsi manipulasi data, penyuntingan dan analisis. ArcCatalog adalah salah satu program dari ArcGis yang bisa digunakan antara lain untuk mencari data (browsing), mengorganisir (organizing) membagi-bagikan (distributing) dan mendokumentasiakan( dokumenting) suatu struktur dat dalam ArcGIS. ArcCatalog membantu proses eksplorasi dan pengelolaan data spasial. Setelah data terhubung ArcCatalog dapat digunakan untuk melihat data. Bila ada data yang akan digunakan dapat langsung ditambahkan pada peta (Anonymous,2017).
            Gambaran sederhana dari aplikasi Irrigation Management for Agriculture Applications (IMAapps) adalah pemetaan lokasi menggunakan ArcMap kemudian data tersebut diolah shapefile geodatabasenya menggunakan ArcCatalog. Pengolahan data tersebut difokuskan pada shapefile sungai, sungai menggunakan feature type polyline. Setelah shapefile sungai sudah siap langkah selanjutnya adalah menggabungkan aplikasi ArcGIS dengan aplikasi android .
            Tujuan dari pembuatan aplikasi Irrigation Management for Agriculture Applications (IMAapps) adalah untuk memudahkan pengguna terutama petani memantau distribusi air dari sungai – sungai ke lahan milik petani.
            Sedangkan manfaat yang diperoleh dari aplikasi Irrigation Management for Agriculture Applications (IMAapps) adalah :
1.    Memajukan sektor pertanian dengan memanfaatkan teknologi Sistem informasi Geografis.
2.    Memudahkan petani dalam mengelola irigasi lahan pertanian yang dimiliki.
3.    Tidak ada lagi kecurangan dalam distribusi air
4.    Petani tidak perlu menunggu disawah secara langsung namun dapat memantau distribusi air melalui smartphone sehingga memudahkan kerja petani apalagi yang mendapat giliran distribusi pada saat malam hari.
Sasaran penggunaan aplikasi Irrigation Management for Agriculture Applications (IMAapps) adalah petani.

KESIMPULAN :
Sistem Informasi Geografis merupakan sistem informasi yang berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis. Manfaat Sistem Informasi Geografis didalam bidang petanian salah satunya adalah pengelolaan sistem irigasi untuk memudahkan pengelolaan sistem irigasi maka diciptakan sebuah aplikasi Irrigation Management for Agriculture Applications (IMAapps) yang bertujuan untuk memudahkan pengguna terutama petani memantau distribusi air dari sungai – sungai ke lahan milik petani. Aplikasi tersebut juga memberikan manfaat bagi para petani salah satu manfaatnya adalah Petani tidak perlu menunggu disawah secara langsung namun dapat memantau distribusi air melalui smartphone sehingga memudahkan kerja petani apalagi yang mendapat giliran distribusi pada saat malam hari.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS. Staf Pemerintahan Aceh
Anonymous. 2017. ArcGIS. http://bentang-alam-hutantropis.fkt.ugm.ac.id/arc-gis/. Diakses selasa, 16 Mei 2017 pukul 23.35

Aronoff.1989. GIS Aplication in Agriculture. Taylor & Francis Group.www.upnjatim.ac.id

Rabu, 08 Maret 2017

Kebutuhan K untuk Tanaman Cabai Varietas TM 99
Tanaman, seperti halnya makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi yang cukup memadai dan seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada dasarnya, saat kita hendak melakukan kegiatan budidaya tanaman, tanaman apapun jenisnya, sangat diperlukan pengetahuan mengenai apa saja jenis-jenis nutrisi atau unsur-unsur hara apa saja yang dibutuhkan tanaman yang kita budidayakan. Secara garis besar, tanaman atau tumbuhan memerlukan 2 (dua) jenis unsur hara untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.  Dua jenis unsur hara tersebut disebut Unsur Hara Makro dan Unsur Hara Mikro.
Dalam menunjang tumbuh-kembang tanaman cabai, tentu saja dibutuhkan unsur hara baik yang memang sudah tersedia di dalam tanah, atau dapat pula ditambahkan oleh manusia berupa pupuk organik dan pupuk anorganik. Salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman cabai adalah Kalium (K). Unsur Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintetis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Kebutuhan unsur K untuk tanaman cabai varietas TM 99 adalah 77,8 Kg/Ha (IFA,1992).
Kekurangan Kalium
Kekurangan K terlihat dari daun paling bawah yang kering atau ada bercak hangus. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakardan akhirnya gugur. Bunga mudah rontok dan gugur. Tepi daun ‘hangus’, daun menggulung ke bawah, dan rentan terhadap serangan penyakit..
Unsur Kalium (K) Dapat Diperoleh dari :
1.    Memberi pupuk buatan seperti NPK, KCL dan ZK sesuai dengan takaran atau dosis
2.    Memberi kompos
3.    Membuang sisa - sisa tanaman seperti daun pada lahan yang ditanami cabai



DAFTAR PUSTAKA:
Anonim. 2014. Unsur Makro dan Mikro yang Dibutuhkan Tanaman. https://organichcs.com/2014/05/03/unsur-makro-dan-mikro-yang-dibutuhkan-oleh-tanaman/ . Diakses Selasa, 15 November 2016 pukul 23.56
IFA. 1992. IFA World Fertilifer Use Manual. Wichman. W (eds). International Fertilizer Industry Assosciation, Paris. p 287-298



Rabu, 01 Februari 2017

Karya Tulis Ilmiah

PEMANFAATAN DAUN ALPUKAT SEBAGAI OBAT HIPERTENSI DI DESA JETIS KENDALREJO KECAMATAN BAGOR







KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan kepada MAN Nganjuk
untuk memenuhi salah satu syarat
kenaikan kelas XII








OLEH
SITI NUR ANISAH
NIS. 3540












KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN NGANJUK
MADRASAH ALIYAH NEGERI NGANJUK
2014






PENGESAHAN

Judul Makalah                         :            Pemanfaatan Daun Alpukat sebagai Obat Hpertensi di Desa Jetis Kendal Rejo Kecamatan Bagor
Nama Siswa                            :           Siti Nur Anisah
NIS                                         :           3540
Program Studi                         :           IPA


Menyetujui,
            Wali Kelas                                                                   Pembimbing



            Nurul Swandari M. Pd                                    Endang Murtinik, S.Pd
            NIP.197510182007012019                            NIP.197201062005012006
                                                                                   


Mengetahui,
Kepala MAN Nganjuk


Drs. Moh Harsudin, M.Ag
                                                NIP.196107071985031002
                       







KATA PENGANTAR
       Segala puji bagi Allah penguasa ilmu pengetahuan serta pemilik semesta alam. Penulis memuji kepada-Nya serta memohon kemudahan hanya kepada-Nya. Alhamdulillah atas rahmat dan ridha yang diberikan oleh Allah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Pemanfaatan Daun Alpukat Sebagai Obat Hipertensidengan tepat waktu.
       Karya Tulis Ilmiah (KTI)  ini berisikan pemanfaatan daun alpukat sebagai obat hipertensi. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca semua, khususnya bagi penderita hipertensi.
       Dalam penulisan KTI ini tidak akan mencapai titik yang ditargetkan tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Endang Murtinik. S.Pd yang dengan sabar memberikan arahan serta meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan KTI ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bpak Drs. Moh. Harisudin. M.Ag selaku kepala sekolah Madrasah Aliyah Negeri Nganjuk. Juga tidak lupa Bapak/Ibu Guru dan Karyawan/wati Madrasah Aliyah Negeri Nganjuk serta teman-teman siswa Madrasah Aliyah Negeri Nganjuk khususnya teman-teman kelas XI-BCA. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada kedua orang tua penulis yang memberikan dukungan serta doanya yang menjadikan penulis bersemangat dalam menyelesaikan KTI ini.
            Penulis menyadari bahwa KTI ini memiliki banyak kekurangan, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca


                                                                                                Nganjuk, 1 April 2014
                                                                                                Siti Nur Anisah
                                                                                                                                                                                                                                    __________________







ABSTRAK
Anisah, siti nur. 2014. Pemanfaatan Daun Alpukat sebagai Obat Hipertensi di Desa Jetis Kendalrejo Kecamatan Bagor . Karya Tulis Ilmiah. Madrasah Aliyah Negeri Nganjuk. Pembimbing Endang Murtinik, S. Pd.

Kata Kunci : Alpukat dan Hipertensi
                        Hipertensi adalah penyakit kronis yang apabila tidak segera diobati akan menyebabkan kematian. Seseorang dianggap mengidap penyakit ini jika tekanan darahnya melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi dapat diobati dengan cara herbal maupun non-herbal. Dengan cara herbal misalnya dengan mengkonsumsi obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat hipertensi adalah alpukat. cara herbal tidak menmbulkan efek samping bila dikonsumsi dengan cara yang benar. Berbeda dengan menggunakan obat-obatan kimia, apalagi yang tidak menggunakan resep dari dokter. Ini sangat berbahaya bagi kesehatan.
                                Permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini mengenai bagaimana cara pemanfaatan daun alpukat sebagai obat hipertensi.
                                Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk. Dengan beberapa narasumber. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014. Peneltian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu observasi wawancara dan studi kepustakaan .
 Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :
1.       Daun alpukat dengan kandungan yang dimilikinya mampu menurunkan tekanan darah.
2.       Daun alpukat dapat dijadikan alternatif obat untuk penderita hipertensi
3.       Selain mudah cara pengolahan daun alapukat sebagai obat hipertensi, daun alapukat juga tidak menimbulkan efek jangka panjang bagi yang mengkonsumsinya.
4.       Banyak masyarakat yang mengabaikan manfaat daun alpukat























DAFTAR ISI
          Judul..............................................................................................          i
          Pengesahan ...................................................................................          ii
          Kata Pengantar .............................................................................          iii
          Abstrak .........................................................................................          iv
          Daftar Isi .......................................................................................          v
          BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ................................................
B.     Rumusan Masalah .........................................................
C.     Tujuan ............................................................................
D.    Manfaat .........................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.    Alpukat ..........................................................................
B.     Hipertensi ......................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Waktu dan Tempat penelitian........................................
B.     Objek Penelitian ............................................................
C.     Prosedur Penelitian ........................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Observasi ..............................................................
B.     Hasil Wawancara ...........................................................
C.     Pembahasan ...................................................................
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan ....................................................................
B.     Saran...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................
RIWAYAT HIDUP ...................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................

















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Hipertensi atau darah tinggi merupakan penyakit yang banyak di jumpai dimasyarakat. Penyakit ini sering dianggap sebagai penyakit ringan. Padahal penyakit ini memerlukan perhatian khusus karena penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini mengobatinya dengan obat kimia yang di beli dari toko obat terdekat,Apotek,maupun dari dokter. Padahal obat kimia akan memberi efek jangka panjang yang kurang baik bagi tubuh.
Banyak tananaman-tanaman yang dapat djadikan sebagai obat hipertensi. Salah satu diantaranya adalah daun alpukat. Sebagian masyarakat hanya memanfaatkan buah alpukat saja. Padahal daun alpukat juga memiliki banyak manfaat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Oleh karena itu peneliti ingin mengangkat daun alpukat sebagai objek untuk mengetahui pemanfaatan daun alpukat sebagai obat hipertensi.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.      Bagaimana cara pemanfaatan daun alpukat sebagai obat hipertensi ?
2.      Apakah kandungan yang dimiliki daun alpukat sehingga dapat menjadi obat hipertensi ?
C.    Tujuan
Sesuai dengan permasalahan diatas, tujuan yang dapat dicapai sebagai berikut.
1.      Mengetahui cara pemanfaatan daun alpukat sebagai obat hipertensi.
2.      Mengetahui kandungan yang dimiliki daun alpukat sehingga dapat menjadi obat hipertensi.




D.    Manfaat
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut.
1.      Bagi penelti, peneltian ini bermanfaat mengetahui cara pemanfaatandaun alpukat sebagai obat hipertensi dan mengetahui kandungan yang dimilki daun alpukat.
2.      Bagi masyarakat khususnya penderita hipertensi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif obat untuk hipertensi
























BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Alpukat
Alpukat ( Persea american ) berasal dari Amerika Tengah, yaitu Meksiko. Alpukat merupakan tanaman buah yang dikenal di Indonesia. Tanaman ini dibawa masuk ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar abad 19.
Tanaman ini banyak dijumpai diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dataran tinggi. Tanaman ini memiliki batang berkayu, memiliki daun berukuran 12-25 cm, memiliki bunga berwarna hijau kekuningan serta memiliki buah dengan warna hijau muda dengan kuning di bagian dekat biji.
Klasifikasi ilmiah alpukat

Kerajaan                      : Plantae
Divisi                           : Magnoliophyta
Kelas                           : Magnoliopsida
Ordo                            : Laurales
Famili                          : Lauraceae
Genus                          : Persea
Spesies                         : P. Americana
Nama binomial            : Persea Americana

Manusia dapat memanfaatkan beberapa bagian dari tanaman alpukat untuk keperluan sehari-hari, mulai dari buahnya untuk dikonsumsi dan untuk kecantikan, daunya dijadikan sebagai obat berbagai macam penyakit dan batang pohonya untuk bahan bangunan.
Buah alpukat biasanya dimanfaatkan untuk kecantikan. Salah satu diantaranya digunakan sebagai masker. Selain itu buah Alpukat juga dapat menurunkan kolesterol jahat pada tubuh.
Daun alpukat rasanya pahit, berkhasiat sebagai diuretik dan menghambat pertumbuhan beberapa bakteri seperti Staphylococus sp, Pseudomonas sp, Proteus sp, Escherichea sp,dan Bacillus sp. Selain itu juga berkhasiat untuk menyembuhkan kencing batu, hipertensi dan sakit kepala.
Daun alpukat memiliki beberapa kandungan. Berikut beberapa kandungan dari daun alpukat :
1.      Flavonoid
Flavonoid memliki peran penting yaitu sebagai antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas dalam tubuh. Kandungan flavonoid dalam alpukat memberi manfaat antara lain.
·         Sebagai antbiotik
·         Mencegah osteoporosis
·         Obat anti-inflamasi
2.      Querstin
Querstin merupakan kandungan senyawa flavanol terbesar. Querstin bermanfaat untuk melindungi tubuh dari penyakit dengan cara mencegah proses peroksidasi lemak dalam tubuh. Selain itu querstin bermanfaat untuk mengatasi tekanan darah tinggi, nyeri lambung, syaraf dan sakit kepala.
3.      Polifenol
Polifenol berfungsi untuk melindungi tubuh dari radikal bebas. Karena polifenol termasuk senyawa anti-oksidan.
B.     Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi atau yang sering dikenal dengan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang apabila tidak segera diobati akan menyebabkan kematian. Seseorang dianggap mengidap penyakit ini jika tekanan darahnya melebihi 140/90 mmHg. Ada dua jenis hipertensi.
·         Hipertensi primer, dimana tidak ada hal yang mendasar yang menjadi penyebabnya
·         Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain seperti stress, sakit ginjal, apnea (sesak napas saat tidur)
Tanda atau gejala hipertensi antara lain.
·         Sakit kepala
·         Bingung
·         Bising (bunyi “nging”) di telinga
·         Penglihatan kabur
·         Mimisan
·         Susah tidur
·         Mudah marah
·         Wajah kelihatan kemerahan
Cara mencegah hipertensi diantaranya dengan menjaga pola hidup yang sehat, olahraga teratur, mengatur pola makan (bila kegemukan). Namun apabila hipertensi sudah menyerang dapat diatasi dengan cara herbal maupun non-herbal. Dengan cara herbal misalnya dengan mengkonsumsi obat-obatan yang berasl dari tumbuh-tumbuhan. Cara ini tidak menmbulkan efek samping bila dikonsumsi dengan cara yang benar. Berbeda dengan menggunakan obat-obatan kimia, apalagi yang tidak menggunakan resep dari dokter. ini sangat berbahaya bagi kesehatan















BAB III
METODE PENELITAN

A.    Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di masyarakat Desa Jetis Kendalrejo Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk.
Penelitian yang dilakukan dengan wawancara melibatkan beberapa narasumber: penderita hipertensi, yaitu Ibu Naimah,Ibu Siti Samratun dan Ibu Khasanah pada tanggal 18 Maret 2014 dan penelitian yang dilakukan dengan observasi pada tanggal 17-19 Maret 2014.

B.     Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti meliputi : hal, perkara, atau orang. Objek penelitian ini adalah daun alapukat yang direbus kemudian air rebusan daun Alpukat dijadikan obat hipertensi.

C.    Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1.      Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan Studi kepustakaan.
Observasi dan wawancara dilakukan untuk menguatkan teori bahwa daun alapukat dapat dimanfaatkan untuk obat hipertensi. Selain observasi dan wawancara, penelitian ini juga menggunakan teknik studi kepustakaan. Penelitian menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian serta browsing di internet untuk memperoleh referensi tambahan.




2.      Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu metode analisis data dengan memaparkan hasil penelitian yang diperoleh.




























BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Observasi
Dari hasil observasi diperoleh data, bahwa daun alpukat yang direbus dapat dijadikan alternatif obat untuk penderita hipertensi. Air hasil rebusan daun alpukat terbukti dapat menurunkan menurunkan tekanan darah. Ibu Naimah yang semula memiliki tekanan darah 150 mmHg setelah minum satu gelas air rebusan daun alpukat per-hari (selama dua hari) tekanan darahnya turun menjadi 143 mmHg. Ibu Siti Samratun yang semula memiliki tekanan darah190 mmHg setelah minum air rebusan daun alpukat 3 gelas air rebusan daun alpukat per-hari (selam tiga hari) turun menjadi 160 mmHg. Dan Ibu Khasanah yang semula memliki tekanan darah 164 mmHg setelah minum satu gelas air rebusan daun alpukat turun menjadi 162.


B.     Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan penderita hipertensi sebagai narasumber, diperoleh data mengenai manfaat maupun efek setelah meminum air rebusan rebusan daun alpukat. Manfaat yang diperoleh adalah tekanan darahnya dapat turun dan efeknya adalah sering buang air kecil.

C.    Pembahasan
Daun alpukat sering diabaikan manfaatnya oleh masyarakat, padahal daun alpukat dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit. Salah satu diantaranya sebagai obat hipertensi. Berikut adalah cara pemanfaatan daun alpukat sebagai obat hipertensi.
a.       Alat yang digunakan
1.      Panci
2.      Gelas
3.      Sendok
4.      Kompor
b.      Bahan
1.      Daun alpukat
2.      Air
3.      Gula pasir
c.       Proses pembuatan
1.      Proses pembuatan dimulai dengan pencucian daun alpukat
2.      Keemudian daun yang telah dicuci direbus dengan dua gelas air
3.      Selama direbus diaduk hingga mendidih dan air mulai berkurang
4.      Setelah air berkurang kompor dimatikan dan ditunggu hingga dingin
5.      Kemudian dituangkan dalam gelas dan ditambah sedikit gula pasir




                       










BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :
1.      Daun alpukat dengan kandungan yang dimilikinya mampu menurunkan tekanan darah.
2.      Daun alpukat dapat dijadikan alternatif obat untuk penderita hipertensi
3.      Selain mudah cara pengolahan daun alapukat sebagai obat hipertensi, daun alapukat juga tidak menimbulkan efek jangka panjang bagi yang mengkonsumsinya.
4.      Banyak masyarakat yang mengabaikan manfaat daun alpukat

B.    Saran
1.      Kepada para masyarakat khususnya penderita hipertensi sebaiknya memanfaatkan daun alpukat sebagai alternatif obat. Selain mudah cara pengolahannya juga tidak menimbulkan efek jangka panjang





















DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, Yohana dan Yovita Andriani. _____. Khasiat Tanaman Obat. _____. Surabaya: Pustaka Buku Murah.
Sunarjo, Hendro. 1997. Prospek Berkebun Buah. Jakarta: PT Penebar Swadaya.




































RIWAYAT HIDUP


Nama                                       :           Siti Nur Anisah
Tempat Tanggal Lahir             :           Nganjuk,07 Juli 1997
Pendidikan                              :           a.         MI Al-Huda Bogo Nganjuk
                                                            b.         MTs Negeri Bagor
Nama Orang Tua                     :           a.         Ayah   : Rofi’i
                                                            b.         Ibu       : Munzilatin
Prestasi yang Pernah Diraih    :           a.         Kelas X di MAN Nganjuk Peringkat                         2 pareral tahun pelajaran 2012/2013
                                                            b.         Kelas XI di MAN Nganjuk Peringkat                                                            2 pareral tahun pelajaran 2013/2014
                                                            c.         Juara 1 Lomba Olimpiade Fisika                                Dalam Rangka HUT MAN Nganjuk  
Pengalaman Organisasi           :    a.         Ekstrakurikuler English Club                                                                                             2013/2014 sebagai Bendahara
Motto                                      :           be Patient,be Strong, Never Give Up










LAMPIRAN